Tuesday, October 15, 2013

Memilih Baju Kerja

Baju kerja sangat diperlukan oleh semua orang yang bekerja, sesuai dengan namanya baju tersebut memang di desain untuk bekerja. Terutama bagi para karyawan dan karyawati biasanya perlu mempertimbangkan dalam membeli dan memilih baju kerja yang ada. Baju kerja biasanya mempunyai desain warna dan bentuk yang sudah menjadi ciri khas dari baju kerja tersebut. Anda dapat memilih dan membeli baju kerja tersebut di beberapa tempat yang ada. Dan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membeli baju kerja itu sendiri.

Biasanya baju kerja sudah mempunyai pasarnya sendiri.Dikarenakan banyak orang kantoran yang lebih memilih baju kerja yang simple dan tidak terlalu ribet, tetapi nyaman dipakai dan mempunyai desain yang menarik sesuai dengan bentuk tubuhnya. Bagi yang mempunyai badan agak gemuk mungkin dapat mempertimbangkan untuk membeli baju kerja yang agak lebar. Sehingga baju kerja tersebut dapat dipakai dengan nyaman saat bekerja.

Ada juga baju kerja yang mempunyai bentuk dan desain lain yang lebih menarik perhatian bagi anda dalam memakai baju kerja, baju kerja yang menarik biasanya mempunyai konsep desain yang biasanya memang diperuntukkan bagi para pekerja kantoran server wiki, hal yang perlu anda perhatikan dalam memilih dan membeli baju kerja sendiri adalah bagaimana anda dapat membeli baju kerja yang mempunyai ukuran pas dengan anda.

Baju kerja sendiri tidak perlu berharga mahal, yang paling penting adalah bagaimana caranya anda dapat memilih baju kerja yang sesuai dengan kriteria anda sendiri, sehingga pada ujungnya nanti anda dapat menggunakan baju kerja tersebut nyaman dan anda dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.

Dalam memilih baju kerja yang baik juga perlu diperhatikan dalam memilih corak warna yang pas dan sesuai dengan pilihan anda, biasanya warna dari baju kerja sendiri tidak terlalu tergantung dari jenis warna baju kerja samba server, yang lebih penting adalah bagaimana anda dapat mengggunakan baju kerja tersebut sesuai dengan yang anda inginkan dan nyaman.

Friday, September 20, 2013

Sukses Ibu Rumah Tangga Berjualan Busana Muslim

Satu sosok wirausaha busana muslim yang sukses adalah Diajeng Lestari. Perempuan kelahiran Bekasi, 17 Januari 1986 ini, mengantongi omzet Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar dari berjualan busana muslim secara online melalui HijUp.com.

Meski bisnis yang dirintisnya baru seumur jagung, namun perempuan yang akrab dipanggil Ajeng ini mampu meluluhkan hati konsumen lokal dan luar negeri. Dua puluh persen pemesan busana muslim di HijUp berasal dari mancanegara, seperti Malaysia, Singapura, serta  Timur Tengah.

Pengalaman bisnis sejak kecil

Pengalaman Ajeng berbisnis sudah terbina sejak kecil. “Waktu kelas empat SD, saya membuat cincin dari kabel-kabel telepon bekas di gudang dan  saya jual ke teman,” tutur dia. Ajeng juga memasarkan produk gantungan kunci kreasi sang kakak. Dari situ, Ajeng sering mendapat order gantungan kunci dalam jumlah besar.

Ketika di SMP dan SMA, Ajeng tidak berjualan. Pada tahun 2004, perusahaan ayahnya yang bergerak di bidang telekomunikasi bangkrut. “Ketika ekonomi keluarga hancur dan adik-adik masih banyak, saya berusaha mencari tambahan,” ujar anak ketiga dari delapan bersaudara ini. Ajeng mencari penghasilan tambahan dari berjualan kue, jilbab, mengajar  privat dan bimbingan belajar, hingga bekerja freelance sebagai interviewer.

Setelah lulus kuliah Jurusan Ilmu Politik di Universitas Indonesia, Ajeng bekerja di perusahaan marketing research. Setelah menikah, Ajeng memutuskan untuk berhenti bekerja.

Namun dengan alasan membutuhkan aktualisasi diri, Ajeng pun mencoba berbisnis. Busana muslim merupakan lahan bisnis yang dipilihnya.

Jeli melihat peluang

Ajeng menilai, bisnis busana muslim sangat potensial. Maklum, Indonesia memiliki penduduk mayoritas muslim. Ajeng memang memiliki mimpi bahwa produk fesyen bikinan kita bisa sejajar dengan produksi luar negeri. “Saya diskusi dengan suami mengenai mimpi ini dan bagaimana implementasinya dalam bisnis,” ujar istri dari Achmad Zaky Syaifudin ini.

Dari obrolan dengan suami, Ajeng memutuskan untuk menjadi agen perubahan di dunia Islamic fashion. Ajeng pun melakukan penelitian kecil dan wawancara dengan beberapa orang yang pernah berbisnis serupa. Setelah melakukan serangkaian persiapan, Ajeng pun memutuskan untuk membuat katalog fashion online. “Tapi ternyata permintaan pasar bukan hanya katalog, mereka butuh konsultan internet marketing dan sistem untuk mengatur lalu lintas produk,” ujar dia.

Kerja rangkap

Ajeng pun berkolaborasi dengan sang suami yang memang jago teknologi informasi dan membangun HijUp sebagai e-commerce yang menjadi platform untuk menjembatani pemilik merek busana muslim dengan pasar, sehingga tidak bingung lagi untuk mencari tutorial cara membuat blog. HijUp yang merupakan singkatan dari hijab up itu, mulai berselancar di dunia maya pada 1 Agustus 2011. Ajeng merekrut dua karyawan yang bertugas sebagai admin komputer dan admin gudang. “Baru sehari masuk, admin komputer resign. Saya stres sekali,” kenangnya.

Karena keterbatasan jumlah karyawan, Ajeng pun melakukan pekerjaan dobel, mulai memberi gantungan baju, menjadi stylist saat pemotretan, mengoordinasikan pemotretan, sampai dealing dengan tenant.

Tidak mudah menyerah, meski banyak masalah

Ajeng juga harus menghadapi masalah eksternal. Yang cukup berat adalah ketika dia harus meyakinkan para calon tenant. Ajeng harus mengajukan proposal dan melakukan penawaran ke beberapa desainer dan produsen busana muslim supaya mereka mau memajang produk di HijUp. “Tidak mudah, banyak yang mencibir dan menolak. Saya maklum karena bisnis ini masih baru, belum dikenal,” tuturnya.

Hambatan itu nyaris menggoyahkan Ajeng untuk menghentikan bisnis itu. Namun, ia berusaha memantapkan diri meski rasa ragu akan ketidaksuksesan bisnisnya membayangi. Akhirnya, satu per satu tenant datang. Pada bulan-bulan pertama, HijUp memiliki 14 tenant. “Penjualan merangkak naik. Sudah mulai mendekati ratusan juta,” ujarnya tersenyum.

Nama HijUp semakin dikenal. Jumlah pengunjung dan konsumen terus meningkat. Hingga awal 2013, ada sekitar 1,5 juta orang yang melongok HijUp. Bukan itu saja, jumlah tenant di situs belanja ini juga bertambah hingga mencapai 70 pihak.

Sekarang Ajeng tidak perlu susah payah berburu tenant, tetapi justru ia yang disibukkan dengan proposal pengajuan kerja sama dari para produsen fesyen. Bukan hanya dari dalam negeri, tenant dari luar negeri pun banyak yang ingin bekerja sama. “Salah satunya adalah sepupu Perdana Menteri Malaysia,” ujar dia.

Yang perlu kita pahami adalah, bahwa bisnis tidaklah selalu membuat kita terlalu sibuk sehingga melupakan kewajiban dan tugas kita. berkat dukungan kemajuan teknologi informasi, cukup bermodal kamera, handpohne (hp), laptop atau PC dan koneksi internet kita bisa buka toko online, seperti bu Ajeng.